Apakah kamu pernah melihat benjolan kecil berwarna putih di wajahmu atau orang lain? Jika iya, benjolan tersebut mungkin adalah milia, yaitu kista kecil yang terbentuk akibat terperangkapnya sel kulit mati atau protein keratin di bawah permukaan kulit.
Milia bisa muncul di mana saja di area wajah, tetapi paling sering di sekitar hidung, pipi, dan di bawah mata. Kondisi kulit tersebut tak hanya dialami oleh orang dewasa saja lho, melainkan bayi yang baru lahir juga bisa mengalami gejala milia.
Mungkin banyak yang masih bertanya – tanya, seperti apakah milia berbahaya? Apa yang menyebabkan milia? Bagaimana cara mengatasinya? Nah, untuk mendapatkan jawabannya, yuk cek artikel di bawah ini sampai habis!
Apa itu Milia
Sebelum kamu mengetahui cara mengobati milia, alangkah lebih baiknya jika kamu memahami arti milia terlebih dahulu.
Adapun yang dimaksud dengan milia adalah benjolan kecil berwarna putih yang biasanya muncul di bagian wajah, seperti hidung, pipi, dan di bawah mata.
Milia bisa dialami oleh siapa saja, tetapi paling sering dialami oleh bayi yang baru lahir seperti yang telah dijelaskan di awal.
Kondisi kulit di atas umumnya tidak berbahaya dan tidak perlu diobati karena dapat hilang dengan sendirinya.
Namun, pada beberapa kasus, milia dapat cukup mengganggu dan tidak bisa hilang dengan sendirinya. Nah, pada kondisi tersebut perlu dilakukan tindakan untuk menghilangkannya.
Apa yang Menyebabkan Milia?
Milia terbentuk ketika sel kulit mati atau protein yang bernama keratin terperangkap di bawah permukaan kulit. Keratin adalah sejenis protein kuat yang umumnya terdapat pada jaringan kulit, rambut, dan sel pada kuku.
Keratin dan sel kulit mati inilah yang kemudian mengeras dan membentuk kista kecil yang disebut milium. Apabila milium tumbuh secara berkelompok, maka disebut milia.
Belum diketahui secara pasti mengapa milia tumbuh pada bayi baru lahir. Namun, pada orang dewasa, munculnya milia berkaitan dengan kerusakan di kulit, seperti:
- Luka lepuh akibat kondisi atau penyakit tertentu, seperti epidermolisis bulosa, cicatricial pemphigoid, atau porphyria cutanea tarda.
- Luka lepuh akibat paparan tanaman beracun, seperti poison ivy.
- Paparan sinar matahari dalam waktu yang lama atau akibat luka bakar.
- Penggunaan krim kortikosteroid dalam jangka panjang.
- Perawatan kulit dengan prosedur tertentu, seperti dermabrasi atau laser resurfacing.
Baca juga: Ini 7 Penyebab Wajah Gatal dan Cara Mengatasinya, Catat!
Jenis-Jenis Milia
Secara umum, milia terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:
- Neonatal Milia
Neonatal milia yaitu istilah untuk milia pada bayi baru lahir. Milia jenis ini umumnya muncul di sekitar hidung, dan akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu.
- Primary Milia atau Milia Primer
Milia jenis ini sering muncul pada anak-anak dan dewasa. Milia primer biasanya menghilang dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan, dan bisa muncul di dekat kelopak mata, dahi, atau alat kelamin.
- Secondary Milia atau Milia Sekunder
Jika kamu mengalami milia ketika kulit sedang cedera, milia tersebut bernama milia sekunder. Kondisi ini bisa terjadi akibat luka lepuh, luka bakar, atau penggunaan krim kulit yang mengandung kortikosteroid, dan bisa muncul di mana saja di tubuh.
- Milia En Plaque
Khusus milia yang satu ini belum diketahui pasti penyebabnya dan merupakan jenis milia yang cukup parah.
Milia en plaque biasanya tumbuh cukup lebar dan menonjol dengan diameter mencapai beberapa sentimeter.
Pada umumnya, kondisi tersebut terjadi pada wanita paruh baya, dan bisa muncul di pipi, telinga, kelopak mata, atau rahang.
- Multiple Eruptive Milia
Terakhir, multiple eruptive milia yaitu milia yang biasanya muncul berkelompok dalam kurun waktu beberapa minggu atau bulan, dan sering disertai dengan rasa gatal.
Milia jenis ini juga jarang terjadi sama seperti di atas, dan bisa muncul di lengan atas, wajah, dan bagian dada.
Bagaimana Cara Mengobati Milia?
Milia yang tidak mengganggu penampilan atau kesehatan kulit biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Karena akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan.
Namun, jika milia dirasa mengganggu atau tidak kunjung hilang, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, antara lain:
1. Menggunakan Krim atau Salep
Cara yang pertama adalah menggunakan krim atau salep yang mengandung asam salisilat, asam retinoat, atau asam azelaat.
Bahan-bahan di atas dapat membantu mengelupas lapisan kulit terluar dan mengeluarkan keratin yang terperangkap.
Namun, penggunaan krim atau salep ini harus sesuai dengan anjuran dokter dan tidak boleh digunakan di sekitar mata.
2. Melakukan Treatment Milia
Jika kamu memiliki budget yang memadai, kamu bisa melakukan prosedur medis untuk menghilangkan milia, seperti ekstraksi, krioterapi, atau elektrodaut, berikut adalah penjelasannya:
- Ekstraksi
Ekstrasi adalah proses mengeluarkan milium dengan menggunakan jarum steril.
- Krioterapi
Krioterapi adalah proses membekukan milium dengan menggunakan nitrogen cair.
- Elektrodaut
Elekrodaut adalah proses membakar milium dengan menggunakan arus listrik.
Prosedur-prosedur di atas tentunya harus dilakukan oleh dokter kulit yang berpengalaman dan memerlukan perawatan pasca tindakan.
- Melakukan Perawatan Kulit Secara Rutin
Terakhir, melaksanakan perawatan kulit seperti membersihkan wajah dengan sabun lembut, menghindari penggunaan kosmetik atau krim yang berminyak, dan menggunakan tabir surya.
Cara tersebut dapat membantu mencegah timbulnya milia baru dan menjaga kesehatan kulit secara umum.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa arti milia adalah benjolan kecil berwarna putih yang biasanya muncul di bagian wajah, dan tidak berbahaya.
Namun, jika milia dirasa mengganggu atau tidak hilang dengan sendirinya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kulit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.