Psikosomatik merupakan salah satu kondisi kesehatan mental yang sering dibicarakan. Akan tetapi, tidak semuanya mengerti seperti apa definisi hingga cara mengatasinya dengan tepat.
Kondisi ini merupakan keluhan secara fisik tanpa penyebab pastinya secara fisik. Dengan kata lain, kondisi ini dipicu oleh pikiran atau emosi. Alhasil, hal ini meliputi stres dan kecemasan.
Walau umumnya bisa teratasi, kondisi ini tidak bisa dianggap remeh. Jika dibiarkan, bisa saja memberi dampak buruk bagi kesehatan. Mari kita ketahui penjelasan lengkap serta cara mengatasinya.
Definisi Psikosomatik
Kondisi ini juga biasanya disebut sebagai psikosomatis. Kata psikosomatis sendiri berasal dari dua kata, yakni psyche (pikiran) dan soma (tubuh).
Dari dua kata ini, kita bisa tahu bahwa psikosomatik artinya penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh. Secara harfiah, keluhan gejala fisik muncul dari pikiran dan emosi yang dialami seseorang.
Sementara secara psikologi, kondisi ini memicu pengidapnya merasa mengalami gangguan fungsi tubuh. Namun, tidak ada keanehan yang terjadi di dalam tubuh setelah pemeriksaan fisik, termasuk tes darah.
Ironisnya, masih ada banyak orang menganggap kondisi ini sangat sepele. Padahal, kondisi ini dapat diperparah oleh stres dan kecemasan. Bahkan, penderita depresi merasakan hal ini sebagai salah satu gejalanya.
Baca juga: 4 Cara Menghilangkan Merkuri di Wajah untuk Kembalikan Kesehatan Kulit
Penyebab Psikosomatik
Apa yang menjadi penyebab utamanya? Umumnya, otak manusia menghasilkan senyawa kimia yang bisa membantu bagi kesehatan. Dua di antaranya adalah endorfin dan gamma globulin.
Endorfin merupakan hormon meningkatkan suasana hati dan pereda rasa sakit. Sedangkan, gamma globulin menjadi zat yang menguatkan sistem imun.
Pada akhirnya, mayoritas produksi senyawa dalam otak itu bergantung pada pikiran dan emosi. Jika pikiran tetap positif, otak mampu melepaskan banyak hormon endorfin demi membantu proses pemulihan.
Sebaliknya, jika pikiran selalu negatif, otak bisa memicu pelepasan hormon yang bisa menyebabkan stres berlebih. Alhasil, otak tidak memproduksi senyawa yang bisa membantu pemulihan.
Hormon yang diproduksi saat pikiran negatif justru akan menyebabkan tekanan darah meningkat, ketegangan otot, dan detak jantung cepat. Lebih parahnya lagi, kondisi fisik tertentu bisa menjadi semakin kurang baik.
Orang yang mengalami psikosomatik akan cenderung mengalami kecemasan berlebih meski gejala yang ia alami cukup ringan. Biasanya, gejala tersebut akan muncul saat penderitanya sedang stres dan berada di bawah tekanan.
Sayangnya, tidak semua orang mampu mengelola stres dengan baik. Dengan demikian, ini bisa memicu kecemasan. Kecemasan berlebih pun dapat memicu gejala yang cukup ringan tetapi tidak dianggap sebagai sepele.
Memang, kondisi ini bisa terjadi tanpa memandang usia. Namun, terdapat pula berbagai faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi seperti berikut.
- Sulit berekspresi
- Mengalami pelecehan seksual
- Mengalami penelantaran
- Gaya hidup tak sehat
- Kesulitan mencari pekerjaan
- Kecanduan narkoba dan alkohol
Inilah mengapa kondisi ini tidak dapat dianggap remeh. Pada akhirnya, gangguan ini termasuk segala keluhan fisik wajib memerlukan penanganan medis yang sesuai dengan penyebabnya.
Baca juga: Mengenal Macam-Macam Wig, Ada yang dari Rambut Asli hingga Sintetis
Mengenali Gejalanya
Umumnya, setiap penderita kondisi ini mengalami gejala yang berbeda-beda. Gejala tersebut bisa bergantung dari kondisi psikologis seseorang. Berikut adalah gejala yang bisa muncul:
- Nyeri perut atau ulu hati
- Nyeri dada
- Mudah lelah
- Tidak nafsu makan
- Telapak tangan berkeringat
- Gemetaran
- Nyeri pinggang
- Sesak napas
- Insomnia
- Keringat dingin
Berbagai gejala di atas bukan satu-satunya yang akan dialami penderita. Gangguan ini dapat memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada akibat kondisi psikis, pikiran, dan emosi.
Contoh penyakit yang bisa diperparah oleh kondisi psikis adalah tekanan darah tinggi, maag, eksim, psoriasis, dan penyakit jantung.
Selain itu, penderitanya terkadang sangat kesulitan untuk mendeteksi kondisi ini. Apalagi, ia sering berganti-ganti dokter hingga akhirnya merasa cocok. Biasanya, ia tidak terima jika dokter mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Hal ini karena ia merasa membutuhkan dokter yang ingin mendengarkan setiap keluhan Terlebih, ia terus mencari dokter yang bisa memahami kondisinya.
Apalagi jika sudah menjadi akut, kemunculan gejalanya bisa saja menjadi lebih sering dan bertahan lebih lama. Oleh karena itu, kualitas hidup penderita dapat berkurang.
Cara Mengatasinya
Jadi, apakah psikosomatik bisa sembuh? Bagaimana cara mengatasinya? Seperti apa pengobatan yang cocok?
Seperti yang sudah disebutkan, pengidap kondisi ini terus mencari dokter yang setidaknya bisa memahami setiap gejala yang ia alami. Maka, penanganan awal tidak hanya berfokus terhadap gejala fisik, tetapi juga ke gejala mental.
Biasanya setelah menangani gejala fisik, dokter akan merujuk penderita ke psikiater. Tujuannya, psikiater bisa mengetahui kondisi psikis yang dialami penderita.
Umumnya, terdapat beberapa pengobatan yang bisa menjadi cara mengatasi kondisi ini. Pengobatan berikut ini biasanya dilakukan oleh psikiater:
1. Psikoterapi
Cara pertama merupakan cara yang paling umum diterapkan, yakni psikoterapi. Psikoterapi bertujuan untuk melatih respon mental penderita terhadap situasi berat.
Umumnya, cara ini menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT). Penderia nantinya bisa memiliki pola pikir lebih positif dalam mengelola stres. Psikoterapi sangat bermanfaat dalam mengurangi keluhan fisik bagi penderita.
2. Hipnoterapi
Selain psikoterapi, hipnoterapi juga bisa dilakukan secara berdampingan. Keduanya bertujuan agar penderita bisa mengatasi kecemasan dan stres lebih efektif.
Hipnoterapi bisa memudahkan penderita dalam mengekspresikan diri. Baik perasaan, pikiran, dan ingatan traumatis di dalam alam bawah sadar.
Saat menemukan hal terpendam di alam bawah sadar, terutama luka traumatis, psikiater nantinya bisa membantu pasien dalam meresponnya. Dengan demikian, luka traumatis itu tidak berkembang menjadi stres yang memicu gejala.
3. Obat-obatan
Psikiater juga biasanya akan meresepkan obat-obatan seperti antidepresan. Harapannya, obat-obatan bisa mengurangi keparahan gejala fisik dan kecemasan terkait psikosomatis.
4. Gaya Hidup Sehat
Selain ketiga cara tadi, psikiater juga umumnya akan memberi panduan agar penderita menerapkan gaya hidup sehat. Pasalnya, gaya hidup sehat ikut berkontribusi dalam mengurangi stres dan kecemasan.
Hal yang paling utama dalam gaya hidup sehat untuk penderita adalah istirahat. Penderita bisa mencoba tidur lebih awal dan bangun pagi setiap hari. Tentu saja, kurang tidur dapat memicu stres berlebih dan memperburuk suasana hati.
Menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang pun bisa membantu mengurangi stres. Penderita bisa memperbanyak makanan bergizi seperti sayur dan buah-buahan. Menghindari alkohol dan rokok pun ikut menjadi kewajiban.
Selain itu, penderita bisa mulai rutin berolahraga. Berolahraga membuat penderita aktif bergerak. Dengan begitu, otak akan mampu merangsang hormon endorfin. Tetapi, penderita harus memilih jenis olahraga yang dirasa nyaman.
Lebih penting lagi, penderita bisa meningkatkan interaksi dengan orang terdekat, baik teman atau keluarga. Penderita bisa menyampaikan keluh kesah agar bisa merasa lebih baik.
Gangguan psikosomatis bukan sesuatu hal yang bisa dianggap remeh dan harus segera diatasi. Jika gejala terjadi pada kamu atau orang terdekat, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan tepat.