Ketahui 6 Ciri Toxic Masculinity dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebenarnya banyak pria yang mengalami toxic masculinity baik dari sesama pria atau dari lawan jenis. Tetapi, kejadian tersebut terkadang dianggap dan dilihat sebagai hal yang wajar. Tetapi ternyata hal tersebut dapat memberikan dampak yang luar biasa pada kepribadian.

Pria yang notabene selalu dianggap kuat, akan malu jika terlihat lemah.

Sifat-sifat yang biasanya dianggap kelemahan adalah menangis, bersedih dan masih banyak lagi. berikut sekilas dan ciri-ciri toxic masculinity.

Toxic Masculinity

Sebenarnya penjabaran toxic masculinity menurut para ahli sangat panjang dan terperinci. Secara singkat bisa dianggap sebagai bentuk kekangan terhadap seseorang yang didasarkan pada konsep maskulinitas. Jadi, istilahnya berkedok maskulin.

Jika hal tersebut terus terjadi dan dibiarkan dampaknya akan menjadi jangka panjang. Seperti semakin lama semakin kehilangan empati dan rasa kasihan.

Enggan menunjukkan rasa belas kasihan dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku toxic harus diatasi dengan baik.

Ciri-Ciri Toxic Masculinity

Terdapat berbagai ciri-ciri yang menunjukkan gejala toxic tersebut. Ciri-ciri tersebut melekat karena adanya budaya di kalangan pria yang berkembang pesat. Sehingga memunculkan berbagai stigma yang dominan. Berikut ini beberapa ciri-cirinya.

1. Tidak Memiliki Emosi

Maksud dari tidak memiliki emosi sebenarnya lebih kepada tidak ingin menunjukkan emosi secara berlebihan. Meskipun hal tersebut dianggap wajar-wajar saja baik bagi pria maupun wanita. Tetapi karena perilaku toxic yang menyimpang ini, sehingga disebut tidak wajar.

Contoh lebih jelasnya, pria dilarang menangis atau terlalu berempati karena khawatir dianggap cemen atau lemah. Padahal dengan berempati tidak menunjukkan bahwa mereka lemah. Malah memberikan sisi positif pada mereka.

Hal tersebut kerap berkaitan dengan pandangan masyarakat yang mengharuskan pria bersikap keras, penuh amarah dan berapi-api. Perlu diketahui bahwa perilaku tersebut tidak benar, boleh penuh amarah asalkan pada situasi yang tepat dan mendukung.

Baca juga: 10 Gerakan Senam Kegel Sederhana untuk Merapatkan Miss V

2. Terlalu Mandiri

Sebenarnya perilaku mandiri merupakan hal yang baik dan boleh dilakukan. Tapi dalam perilaku toxic, jenis perilaku mandiri yang ditunjukkan berbeda dengan umumnya. Mandiri yang positif adalah yang selalu menuntaskan segala bentuk tanggung jawab yang dibebankan.

Mandiri bisa jadi negatif apabila hal tersebut malah bersifat mengekang dan tidak memberikan kebebasan. Hal tersebut bisa merusak mental jika terus dilanjutkan. Karena merasa malu atau lemah jika harus meminta bantuan orang lain.

Padahal meminta bantuan bukanlah suatu penghinaan atau menunjukkan kelemahan. Tetapi, bagi pria dengan konsep toxic, hal tersebut merupakan suatu tanda bahwa mereka tidak mampu dan merasa terhina.

3. Alasan Lain Kesuksesan

Kesuksesan memang kerap dijadikan sebagai tolok ukur kejayaan. Sehingga banyak orang yang meraih kesuksesan karena ingin mendapatkan hidup yang nyaman, membahagiakan orang terkasih dan sebagainya.

Dampak dari perilaku toxic dalam kesuksesan adalah beranggapan bahwa setiap pria harus menjadi sukses agar mendapat kehormatan dan pengakuan dari berbagai pihak. Meskipun dalam meraihnya harus menghalalkan segala cara.

Bukan kesuksesannya yang mereka cari, tapi lebih kepada dampak dari orang sekitar setelah mereka sukses. Seperti di tuankan, dihormati dan dipuja-puja. Perilaku toxic ini kerap mengekang dan membebani para pria.

4. Perilaku Dominan Pria

4. Perilaku Dominan Pria

Pria yang mengalami perilaku toxic biasanya akan menunjukkan sifat dominan yang dimiliki kaum pria. Seperti, menunjukkan kekuatan, menunjukkan kontrol terhadap orang lain, memaksakan dan mendominasi orang lain.

Hal tersebut juga terjadi pada pola menjalani hubungan. Biasanya pria dengan kepribadian toxic akan berusaha menguasai pasangannya dan memiliki dominan. Seperti lebih mengatur tentang kehidupannya, perilakunya dan sebagainya.

5. Kecenderungan Negatif

Pria dengan perilaku toxic tinggi akan cenderung melakukan hal-hal yang negatif. Parahnya, hal tersebut dianggap keren oleh mereka. Meskipun kebiasaan tersebut cenderung tidak sehat. Seperti, minum alkohol, memakai obat terlarang, dan merokok.

Tentu saja jika hal tersebut dibiarkan akan merusak kepribadian seseorang secara cepat. Sehingga akan menimbulkan sifat arogan dan semena-mena.

6. Terlalu Misoginis

Tidak berbeda dengan toxic feminity yang dialami perempuan, misoginis merupakan sifat benci terhadap wanita yang bisa dialami oleh laki-laki.kebencian tersebut lebih mengarah pada keunggulan gender.

Pria memandang wanita terlalu rendah sehingga terpicu untuk melakukan kekerasan. Tidak ingin wanita memiliki kapasitas yang jauh di atasnya. Dalam islam sendiri, perilaku tersebut tidak diperbolehkan apabila sampai menyakiti seorang wanita.

Cara mengatasi sifat toxic sebenarnya bisa dilakukan dengan aktif berkegiatan baik dalam bidang pendidikan dan sosial. Sehingga akan terbentuk jiwa yang lebih memiliki empati dan mengerti tentang arti maskulin yang sesungguhnya.

Bagi pria yang memiliki sifat toxic masculinity sebaiknya harus segera mencari cara untuk mengatasinya. Mulai dari memperbanyak sumber pengetahuan, memperbanyak berinteraksi dan mulai mengevaluasi diri.

Frequently Asked Questions (FAQ)

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku toxic maskulin?

Perilaku toxic maskulin merupakan sebuah tekanan atau kekangan yang ditujukan pada kaum pria. Tekanan tersebut meliputi cara-cara atau perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan budaya yang telah ditentukan untuk kaum pria.

2. Mengapa perilaku toxic maskulin berbahaya?

Perilaku toxic maskulin berbahaya karena pria akan menjalankan emosi dan kontrol diri yang tidak sehat.

Seperti, selalu meredakan permasalahan dengan kekerasan, bentakan dan sejenisnya. Menganggap baik dan keren hal-hal yang secara moral tidak diperbolehkan.

3. Apa yang dimaksud dengan maskulinitas?

Maskulinitas merupakan suatu sikap yang dominan dan hanya dimiliki oleh laki-laki saja. Sifat tersebut yang memberikan perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Sikap terbentuk secara alami terbentuk karena budaya yang telah berkembang di masyarakat.

Share:

Hi it's me Syifa! seorang penulis profesional yang suka berbagi inspirasi tentang fashion, outfit, makeup, dan skincare. Happy beauty..

Tinggalkan komentar